Sebagian dari masyarakat Bengkulu mungkin menyayangkan bahwa bunga bangkai terbesar kebanggaan Provinsi Bengkulu bernama Rafflesia. Mengapa tidak diberi nama seperti layaknya nama asli Bengkulu. Mengapa pula harus Sir Stamford Raffles dan ahli botani Arnoldi penemunya. Sebagian orang berpikir, jika saja bunga ini dikenal dengan nama asli Bengkulu tentu akan berbeda imbasnya. Sehingga ketika bunga ini dikenal dunia, Bengkulu akan makin dikenal juga. Berikut ini, sebuah berita yang dikutip dari Radar Bengkulu tentang nama Rafflesia.
Mendokumentasikan
kebanggaan dalam bingkai nama besar nilai sejarah dari nama penjajah sepertinya
menjadi kebanggaan bagi masyarakat Bengkulu dalam memberikan nama, gelar,
maupun simbol bagi berbagai segi. Seperti nama Rafflesia terkesan lebih identik
dengan kebanggaan masyarakat Bengkulu terhadap nama penjajah dari bangsa
Inggris, benarkah demikian?
Nama
besar Bunga Rafflesia sebagai simbol bagi Provinsi Bengkulu hingga kini masih
melekat di hati masyarakat Indonesia. Sebagai rasa bangga dan hormat kepada
penemu sekaligus pencetus nama bunga tersebut, nama Sir Thomas Stamford Bingley
Raffles selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda atau pernah menjabat sebagai
Gubernur Sumatera pada 1800-an diabadikan menjadi nama bunga padma raksasa
tersebut. Lantas, nama tersebut kian diagungkan oleh masyarakat Bengkulu,
karena bunga Rafflesia merupakan khas tanaman Bengkulu dan merupakan tumbuhan
langka. Karena bentuk dan ukurannya. “Bukan bangga dengan kebesaran terhadap
nama penjajah, namun bangga atas kecirikhasan Bengkulu terhadap Bunga Rafflesia
yang hanya ada di Bengkulu,” ujar tokoh Masyarakat Bengkulu, Prof. Drs. KH
Djamaan Nur kepada RBI Kamis (28/6/2012).
Diceritakan
Djamaan Nur, penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya
pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang pemandu yang
bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali.
Sedangkan Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang
dipimpin oleh Thomas Stamford Bingley Raffles. Jadi penamaan bunga Rafflesia
Arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin
ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.
Disisi
lain, terdapat sumber sejarah yang menyebutkan bahwa nama Rafflesia Arnoldi,
merupakan sebuah nama dari Sejarah bunga Rafflesia Arnoldi. Penemuan bunga
raksasa Rafflesia pada tahun 1930 di daerah Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu
Selatan oleh seorang ahli biologi dari belanda telah membawa nama harum bagi
daerah yang mempunyai habitat Raflesia, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur
Inggris ketika berada di Bengkulu.
Akhirnya,
penemuan tersebut dipatenkan atas nama penemuannya, Arnoldi dan kemudian hari
bunga raksasa itu lebih dikenal dengan nama Rafflesia Arnoldi. Penemuan pertama
bunga tersebut di Bengkulu, setelah kemudian ditemukan bunga yang sama di
daerah Palupuh di Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuh, Provinsi Sumatera
Barat. “Terlepas dari itu, Rafflesia menjadi simbol Bengkulu. Sehingga acap
kali dijadikan ciri khas dari Bengkulu,” ujar Djamaan Nur.
Pemakaian
nama ketokohan bagi sebuah nilai sejarah acap kali digunakan setelah figur
tersebut memiliki nilai ketokohan yang disesuaikan dengan profesi dan jabatan.
Dan hal itu sudah diakui oleh kalangan masyarakat tentang kebesaran nama
ketokohan dan dalam sejarahnya nilai ketokohannya tidaklah tercoreng. “Lantas
apakah salah jika kita menggunakan nama ketokohan yang memiliki nilai sejarah
sebagai bentuk penghargaan atas ketokohan, maupun mengabadikan dari nilai sejarah?
Tentunya tidak,” ujar Djaman nur.
Terpisah,
dosen Universitas Bengkulu yang juga ketua ikatan sejarawan Bengkulu, Agus
Setiyanto, M.Hum mengatakan, kebesaran nama Rafflesia yang sering digunakan
masyarakat Bengkulu bukanlah dilihat dari aspek yang memunculkan ketokohan
Stamford Raffles yang dikatakan selaku penemu bunga tersebut. Hal ini ditandai
dengan nama, simbol dan gambar yang dipakai masyarakat, lembaga maupun instansi
dengan bentuk bunga Rafflesia. Sehingga gambar bentuk bunga Raflesia dijadikan
ikon Bengkulu. “Dalam tataran nilai sejarah, nama Raffles tidak dilihat dari
aktor penjajah, melainkan sebagai sosok seorang humanis dan pecinta
lingkungan,” ujar Agus.
Hal itu
ditandai dengan sebuah buku karangan istri Raffles yang berjudul “Memoar Sir Stamford
Raffles” yang menceritakan jika kepribadian Raffles selain seorang ekspedisi
juga hobby terhadap flora dan fauna serta melestarikan alam. Di Bengkulu
sendiri, nama besar ketokohan dari kalangan pejuang, pelaku sejarah sangatlah
banyak. Dan pemakaian nama besar tersebut telah banyak digunakan dalam beberapa
nama sebagai bentuk penghargaan. Sebut saja ketokohan Putri Gading Cempaka,
Ratu Samban, Pangeran Natadirja, Balai Buntar, Prof. Hazairin, Fatmawati dan
beberapa nama besar lainnya. Nama-nama tersebut telah digunakan sesuai dengan
profesi dan latar belakangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar